Bagaimana Australia mengatasi 21 persen penggangguran?

Burnie sebuah kota kecil di bagian Utara Tasmania. Daerah berpantai dengan pemandangan yang indah. Tapi tak dinyana bahwa ada sekitar 21 persen penduduk di sana tidak mempunyai pekerjaan. Padahal Burnie adalah salah satu kota pelabuhan terbesar di Australia. Penduduknya selain hidup dari pelabuhan, mereka juga bekerja di perusahaan kehutanan dan manufakturing. Pabrik Chip Mill dibangun tahun 1938. Sayangnya pada tahun 2010 pabrik ini ditutup.

Kota Pelabuhan (Foto: google map)

Belum lama ini walikota Burnie, Anita Dow,  memenangkan kompetisi berskala nasional. Ia memperoleh hadiah AUS $1 juta atau setara dengan Rp 10 miliar. Proposal yang disampaikan kala itu adalah mengatasi berbagai persoalan sosial yang komplek di kota Burnie dengan pendekatan berbeda.
Diperoleh informasi bahwa ada persoalan pendidikan yang harus diatasi. Ada sekitar 45 persen anak usia sekolah tidak menamatkan sekolah menengah atas.
Program diprioritaskan kepada keluarga yang mempunyai anak usia sekolah, mendorong anak-anak untuk tetap terus bersekolah, dan membantu pengangguran memperoleh pekerjaan.
Dibuka unit-unit bisnis sederhana, ditempat kita dikenal sebagai UKM. Para pengangguran dilatih ketrampilan tanpa dipungut biaya. Ketrampilan-ketrampilan yang diajarkan adalah koneksi dengan kebutuhan tenaga kerja. Para pengajar adalah tenaga trampil yang betul-betul menguasai dibidangnya.
Apabila mereka telah mahir mereka dapat bekerja di unit-unit usaha yang sudah disediakan atau bahkan mereka dapat bekerja dipabrik sesuai dengan ketrampilan yang telah mereka kuasai. Sejauh ini, program ini secara nasioanl telah membantu sekitar 6000 pesertanya memperoleh pekerjaan selama 16 bulan terakhir yang bekerja sama dengan 250 sekolah di seluruh Australia dengan 420 jenis pekerjaan.
Bagaimana dengan Indonesia? Presiden Jokowi telah berjanji akan menggelontorkan dananya hingga sebesar Rp 2 milyar ke desa-desa berprestasi pertahun. Artinya apa? Desa akan kebanjiran jumlah dana yang besar. Dan apabila dapat digunakan secara benar, harusnya mampu untuk mengatasi pengangguran di desa-desa dan mencegah para pemuda pergi ke kota untuk mencari pekerjaan. Infrastruktur yang selama ini menjadi kendala akses ke desa-desa semestinya juga dapat teratasi.


Referensi: